Sabtu, 10 November 2012

MANAJEMEN PENDIDIKAN JASMANI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latarbelakang
Apapun bentuk kegiatan yang  jika dilaksanankan secara perlembaga, yang melibatkan sejumlah personal dan memamfaatkan sumber daya, maka unsur manajemen memegang peranan penting. Kata kunci disini adalah manajemen dibutuhkan karna kita selalu berhadapan dengan tantangan berupa kelangkaan sumber daya. Tidak ada sumber daya yang berlebihan, lebih-lebih untuk kondisi penjas dan olahraga di Indonesia.
Fungsi utama manajemen adalah untuk mengoptimalkan efisiensi, sekaligus efektivitas pembinaan. Kedua istilah ini terkait langsung dengan sasaran dan tujuan pembinaan. Sangat besar peluang bahwa pembinaan itu berlangsung dalam keadaan efisiensi yang amat rendah jika bukan sebagai pemborosan.
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan jasmani disekolah atau lembaga lainnya yang relatif dikembangkan dalam skala kecil, masalah manajemennya memang seperti tidak begitu kompleks. Makin besar organisasi, makin kompleks kelangsungan fungsi manajemen. Konsep intinya adalah :
1.      manajemen berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program.
2.      Istilah mananjemen dan adminitrasi diartikan sama, namun lebih disukai untuk menggunakan istilah manajemen
3.      Manajemen  merupakan sebuah prorses yang melibatkan aspek perencanaan, pengorganisasian,  pengarahan, pengawasan.
B.     Definisi Manajemen
Istilah adminitrasi dan manajemen yang saling berganti digunakan, meskipun tidak begitu menganggu dalam pemahaman tentang makna dan subtansinya, namun memerlukan penelusuran  tentang hakikat konsepnya. Demikian juga cakupan isi dan esensi nya. Kecendrungan akhir-akhir ini menunjukan bahwa istilah manajemen lebih sering di gunakan dengan konotasi makna yang lebih sepesipik. Sebagai satu subdisiplin yang baru tumbuh, seperti dalam perkembangan nya yang cukup pesat di Eropa, manajemen olahraga menunjukan peranan penting dalam pengelolaan kegiatan penjas dan olahraga.
beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari (Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya 1995) memberikan rumusan bahwa :
a)      Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan .

Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh ( T. Hani Handoko-1995 ) mengemukakan bahwa:
b)      Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
C.     Filsafat Manajemen
Berbagai teori manajemen berdasar pada filsafat dibawah ini antara lain : filasafat idealisme (suatu keadaan yang amat sempurna yang menjadi pola dari segala sesuatu yang kita dapati didunia ini), filsafat ini diterapkan dalam manajemen marxis dan codetermination yang popular di Negara sosialis, jerman dan skandinavia.
filsafat realisme (dunia ini dan segala sesuatu yang terdapat didalamnya adalah kenyataan yang tidak dapat dibantah), filsafat ini beriringan dengan revolusi industri inggeris yang disusun Frederick W. taylor.
Filsafat neo-thomisme ( kenyataan itu rasio, keadaan, dan Tuhan sedangkan kebenaran adalah intuisi, segala sesuatu yang masuk akal dan yang diwahyukan Tuhan) banyak dipraktikan oleh manajemen katholik yang merujuk pada bible
Filsafat pragmatisme (pengalaman dan segala sesuatu yang dapat dialami oleh manusia, keberanaran dapat dilihat dari pendapat umum) yang banyak merujuk pada manajemen yang berlaku umum mellaui opini public.
Filsafat eksistensialisme (kenyataan adalah eksistensi atau keadaan yang menyerupai itu, kebenaran adalah pendapat yang sejalan dengan pandangan pribadi seseorang), peran manusia menjadi perhatian utama.
D.    Praktik manajemen
Aplikasi dari filsafat melahirkan beeberapa tahapan penerapan manajemen sebagaimana yang diungkapkan ( George R. Terry (2006:67) ) membagi tahapan praktik manajemen antara lain :
Manajemen partisipasi:
a)      Manajemen berdasarkan hasil (result management)
b)      Manajemen memperkaya pekerjaan (job enrichment),
c)      Manajemen prioritas produktifitas,
d)     Manajemen berdasarkan kemungkinan (contingency management)
e)      Manajemen pemanfaatan konflik
Odiorne membagi praktek manajemen dengan beberapa tahapan :
a)      Manajemen memaksa (1920-an dan 1930-an)
b)      Manajemen mementingkan hubungan kemanusiaan (1940-an)
c)      Manajemen menggunakan tekanan (1950-an)
d)     Manajemen menurut keadaan (1960-an)
Bennet Silalahi (2001:10) membagai praktik manajemen menjadi 5 tahapan antara lain :
a)      manajemen teknologis
b)      manajemen administratif
c)      manajemen sistem kemanusiaan
d)     manajemen ilmiah
e)      manajemen sasaran dan hasil
E.     Klarifikasi Konsep
 Sesunguhnya tidak ada perbedaan pengertian yang tajam antara istilah administrasi dan manajemen. Para ahli memaparkan definisi dengan beberapa fariasi, namun tanpak adanya kesamaan. Seperti yang di paparkan oleh Robbin: administrasi adalah suatu proses yang universal mengenai pelaksanaan aktifitas yang tuntas dan efisien oleh dan melalui orang lain. Inti pengertian nya adalah melalui proses administratif dicapai pelaksanaan kegiatan secara efisien dan mencapai tujuannya. Kegiatan itu di laksanakan orang lain, dan melalui merekalah tujuan dapat di capai.
Berkaitan dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan seorang manajer adalah seseorang yang berusaha untuk mencapai tujuan yang dapat dinyatakan dalam ukuran jumlah (Kuantitatif) yang berkaitan dengan pencapaian tujuan suatu subsistem, dan karena itu pula seorang manajer juga berusaha mencapai tujuan non kuantitatif.
F.      Proses manajemen
 Dari sudut pandang yang berbeda kita dapat merumuskan definisi administrasi/ manajemen yang berbeda dengan rumusan di atas. Manajemen itu tidak lain adalah proses kelangsungan fungsi yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan.

BAB II
Fungsi Fungsi Manajemen
A.    Ada 4 fungsi utama dalam manajemen:
1. Perencanaan (Planning),
2. Pengorganisasian (Organizing),
3. Pengarahan (Actuating/Directing),
4. Pengawasan (Controlling)
1.      Fungsi Perencanaan
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan  suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Kegiatan dalam Fungsi Perencanaan :
1)      Menetapkan tujuan dan target usaha
2)      Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target usaha tersebut
3)      Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
4)      Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target usaha.
Perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan ?
2. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan ?
3. Di manakah tindakan itu harus dikerjakan ?                
4. kapankah tindakan itu harus dikerjakan ?
5. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
6. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?

Menurut Stoner Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.
2.      Fungsi Pengorganisasian
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian :
1)      Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan tugas, dan menetapkan    prosedur yang diperlukan.
2)      Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan dan tanggungjawab.
3)      Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia/tenaga kerja.
4)      Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.
3.      Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang tinggi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengarahan dan Implementasi :
1)      Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja    secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan.
2)      Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan.
3)      Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
4.      Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Kegiatan dalam Fungsi Pengawasan dan Pengendalian :
1)      Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.
2)      Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan.
3)      Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis.

BAB III
Manajemen Hubungannya Dengan penjas
A.    Organisasi Olahraga
Kegiatan olahraga, Menurut Harold M. Barrow ( Dalam: Freeman, 2001) termasuk juga penjas yang mengandung misi untuk mencapai tujuan pendidikan, memerlukan manajemen yang baik. Kegiatan olahraga semakin berkembang dalam corak yang semakin beragam. Aneka motif mulai tumbuh sesuai pula dengan kebutuhan manusia dalam kaitannya dengan olahraga. Ada motiv yang bertujuan hanya untuk memenuhi dorongan berafiliasi atau memperoleh pergaulan yang luas, dan ada pula motif untuk memperoleh kekuasaan, dan masih banyak lagi motif lainnya.
Keseluruhan kegiatan yang semakin kompleks itu, memerlukan manajemen. Mengapa di katakan kompleks? Hal ini karena dalam kegiatan itu terdapat sejumlah faktor yang harus di kelola. Kegiatan nya melibatkan beberapa komponen meliputi:
1.      Tujuan: termasuk prioritas
2.      Manajemen: termasuk kordinasi
3.      Fasilitas: tempat “ merumahkan atau menyelenggarakan kegiatan”
4.      Sumber belajar: sumber pendukung bagi kelangsungan program
5.      Program: pengalaman belajar harus di sediakan
6.      Pelatih/ Guru: berfungsi sebagai fasilitator dan manajer perilaku.
7.      Siswa/ atlet: subjek yang menjadi prilaku dan sekaligus mengalami pemberian pengalaman belajar.
8.      Kendali mutu: berkaitan dengan evaluasi dan riset.
9.      Supervisi: pengendalian mutu dan terkait pula dengan unsur leatding.
10.  Biyaya: konsekuensi logis dari semua kebutuhan.
Organisasi olahraga, lebih-lebih pendidikan jasmani dihadapkan dengan kekurangan yang kronis, berupa ketiadaan infrastruktur, lemahnya dukungan, kecilnya dana yang disediakan, dan kesulitan lain untuk menumbuhkan programnya, dalam situasi seperti itu, kemampuan manajerial sangat dibutuhkan yang inti nya adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, dan terkait pula dengan kompetensi manajer beserta personalnya.
Organisasi ini menjadi kian kompleks bila dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Organisasi itu tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan lingkungan nya. Lingkungan berpotensi untuk mempengaruhi pertumbuhan organisasi. Sebaliknya, sejauh mana organisasi dapat menyerap dukungan dan energi dari lingkungan nya akan mempengaruhi kesuburan pertumbuhannya. Itulah sebabnya, akhir-akhir ini muncul gagasan dalam konsep ”sekolah terbuka” yang inti nya bahwa sekolah harus membuka diri untuk memperoleh dukungan dari masyarakat sekitar.
Kelangkaan sumber akan dapat diatasi dengan pendekatan ini. Guru penjas dapat dibantu oleh pelatih dari luar yang memiliki kelebihan dalam kemampuan melatih. Mungkin pelatih itu adalah orang tua siswa antara pelatih profesional dari club olahraga tertentu.
Ketiadaan sapras olahraga mugkin dapat di atasi dengan bantuan dari pihak luar yang meminjamkan infrastruktur itu kepada sekolah, atau dengan memungut biyaya sewa sedini mungkin. 
B.     Manajemen Organisasi untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Pendidikan Jasmani
Sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan organisasi lainnya tidak akan berfungsi secara efisien tanpa adanya beberapa element yang saling berhubungan satu dengan yang lain dan memberikan petunjuk agar mereka dapat mencapai tujuan yang ada. Element ini dinamakan manajemen.
a)      Manajemen adalah :
Lem yang mengikat berbagai macam unit dan menyediakan kontrol, komunikasi motivasi dan kepemimpin yang diperlukan untuk meraih sukses/tujuan.
Untuk melengkapi fungsi manajemen diperlukan struktur.
b)      Struktur adalah :
Sarana yang menyediakan cara efisiensi dan efektif untuk mengoperasikan dan mengeluarkan berbagai macam kewajiban dan tanggung jawab yang ada di organisasai.
Struktur memberikan penjelasan berbagai macam peranan anggotadari suatu organisasi yang bermain dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Tujuan struktur dalam pendidikan jasmani dan olahraga adalah :
Membuat sesuatu menjadi mungkin untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang dicari oleh pendidikan jasmani dan olahraga.
Tujuan Pendidikan Jasmani Yang Ingin Dicapai Pembelajaran tentang manusia mengungkapkan empat petunjuk umum atau fase dalam
pertumbuhan dan pengembangan yaitu :
a.       Perkembangan jasmani
b.      Pengembangan syaraf dan otot
c.       Perkembangan kesadaran
d.      Perkembangan pengaruh emosi sosial
1.      Tujuan Perkembangan Jasmani.
Tujuan perkembangan jasmani berjalan dengan aktivitas dari program yang akan membangun kekuatan di dalam masing-masing individu malalui perkembangan dengan berbagai macam sistim organik dari dalam tubuh. Yang Hasilnya dapat menopang upaya penyesuaian diri, untuk memperoleh dan melawan kelelahan.
Berdasar kenyataan yang ada individu akan lebih aktif, tampil lebih baik, dan sehat jika sistim organik dalam tubuh berkembang dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya yang disebut juga dengan tujuan kemampuan jasmani.
Gerakkan otot memberikan peranan dalam perkembangan sistem organik dalam tubuh. Keikutsertaan dalam aktifitas membantu sistim ini berfungsi lebih efisien. Kesehatan juga berhubungan dengan aktifitas otot.
Giat beraktifitas otot juga menghasilkan beberapa keuntungan lain . krotee dan Hatfield (dalam; Bucher, 1993) menunjukkan berbagai macam aspek kesehatan berhubungan dengan kemampuan jantung dan urat darah, daya tahan pernapasan jantung, komposisi tubuh, kekuatan otot, daya tahan dan tenaga, kelenturan dan relaksasi. Menggambarkan element dasar yang perlu difungsikan.
Penelitian mengungkapkan bahwa komponen ini ketika mengalami perkembangan, dapa memberikan layanan untuk dapat memperbaiki kualitas hidup. Seperti :
1)       Hati yang terlatih memberikan makanan yang lebih baik untuk seluruh tubuh.
2)      Denyut jantung menjadi lebih lambat dan memompa alirah darah per satu gerakkan mengirimkan makanan lebih banyak ke sel-sel.
3)      Lebih efisien memindahkan sisa makanan dalam pencernaan.
Selama berolahraga, kecepatan jantung yang terlatih meningkat lebih lambat dan mempunyai lebih lama periode beristirahat diantara denyutan, dan setelah berolahraga akan kembali normal jauh lebih cepat. Yang artinya individu yang terlatih dapat bekerja dalam waktu yang lebih lama, mengeluarkan lebih sedikit energi (lebih efisien) dibanding dengan individu yang tidak terlatih. Berpartisipasi dalam kelas pendidikan jasmani memberikan kondisi yang terlatih untuk giat dan aktif dalam hidup yang lebih berkualitas. Oleh sebab itu pendidikan jasmani dapat membantu pengembangan individu yang terlatih untuk bisa hidup lebih sehat, bahagia, dan produktif.
2.      Tujuan Perkembangan Otot Syaraf
Tujuan perkembangan otot syaraf adalah bersangkutan dengan pengembangan kesadaran diri. Kebiasaan bergerak secara efektif menghasilkan kualitas estetika dalam gerakkan dan perkembangan gerak. Intinya perkembangan kemampuan motorik bersama dengan pengetahuan yang tepat dan adanya pengertian tentang kecakapan dan sikap positif perkembangan itu sendiri beserta kegunaanyaakan memberikan makna. Dengan kata lain gerakkan layak kontrol selama pola hidup dan rutinitas tercermin dalam gerakkan manusia terpelajar.
Gerakkan efektif tergantung pada harmonisasi hubungan kerja antara otot dan susunan syaraf. Di dalam aktifitas pendidikan jasmani fungsi dari gerakkan tubuh yang efisien atau kecakapan gerakkan otot syaraf adalah untuk menyiapkan kemampuan individu menampilkan tingkat keahlian tertentu. Contohnya jika seseorang dapat menendang dan menangkap bola dengan kemampuan efektif maka sepak bola akan menjadi tantangan untuknya. Sedikit individu yang menikmati keikutsertaanya dalam aktifitas dimana mereka hanya mempunyai sedikit keahlian. Oleh sebab itu tujuan pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan semua individu sebisa mungkin mempunyai keahlian jasmani agar para partisipan akan lebih tertarik untuk ikut lebih banyak dan lebih bervariasi dalam perkembangan gerak.
Keuntungan lain dari keahlian otot dan syaraf adalah mengurangi pengeluaran energi, meningkatkan rasa percaya, mempromosikan keanggotaan dan pengenalan serta meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
Tujuan latihan otot dan syaraf juga bermaksud untuk kesehatan dan kegiatan keluar yang bersifat rekreasi. keahlian dalam pendidikan jasmani akan membantu untuk menentukan bagaimana waktu luang akan dimanfatkan. Contohnya jika seorang ungguldalam berenang, sebagian waktu luang mungkin saja dihabiskan di kolam atau danau, atau berusaha mengikuti olahraga air lainnya.
Para pengajar jasmani seharusnya mengembangkan di dalam masing-masing individu suatu pengertian dan apresiasi setiap gerakkan yang dimiliki oleh masing-masing orang. Dengan menyediakan kesempatan kepada para para pelajar untuk mengembangkan keberanian dan menikmati kompetisi yang menyegarkan akan menghasilkan kepuasan maksimal dan kebahagiaan dalam hidupnya. Ini sangat penting untuk mempertimbangkan keseimbangan yang seharusnya ada di setiap program pendidikan jasmani. Melalui keseimbangan yang baik program latihan team, dual, individual dan olahraga sepanjang waktu akan memungkinkan mengembangkan pribadi yang lengkap.

3.      Tujuan Pengembangan Kemampuan Berfikir
Tujuan pengembangan kemampuan berfikir dipengaruhi oleh akumulasi dari pengetahuan dan kemampuan untuk berfikir dan menterjemahkan pengetahuan.
Pendidikan jasmani memiliki subyek persoalan yang harus mendapat perhatian dengan gerakkan manusia. Pendidikan jasmani adalah salah satu bagian dari pengetahuan yang berakar pada ilmu pengetahuan, kemanusiaan dan sumber lainnya yang diterjemahkan dari sifat dasar gerakkan manusia dan pengaruh yang kuat pada pertumbuhan dan perkembangan dari masing-masing individu atau pada masing-masing kebudayaan. 
Aktivitas jasmani harus dipelajari sebab itu merupakan bagian dari mekanisme intelektual yang diperlukan. Koordinasi meliputi berbagai macam gerakkan yang harus dikuasai dan diadaptasikan kelingkungan sekitar dimana individu tersebut tinggal. Berjalan, berlari, menyetir mobil, gerakkan ini membutuhkan partisipan untuk berfikir dan berkoordinasi dengan sistim otot. Selanjutnya tipe dari pengetahuan ini dapat diperoleh melalui percobaan, praktek, dan kesempatan.
Pada individu seharusnya tidak hanya belajar tentang koordinasi tapi juga mendapatkan pelajaran tentang aturan-aturan, tekni-teknik dan strategi yang ada diaktivitas jasmani. Contoh permainan bolabasket, partisipan harus tau tentang aturan permainannya, strategi untuk menyerang dan melakukan pertahanan serta taktik yang dipakai di setiap permainan. Pengetahuan tentang keikutsertaan, kepemimpinan, dorongan, kerjasama, kepercayaan diri sendiri, bantuan kepada yang lain, keadaan saling bergantung satu sama yang lain, keamanan, dan pola adaptasi di dalam grup/ team seharusnya juga diberikan disetiap pertemuan kelas/ latihan. Juga dengan pengetahuan kesehatan. Dengan mengumpulkan dari semua pengetahuan ini partisipan didalam pendidikan jasmani akan mendapatkan arti yang baru. Dan aktivitas kesehatan dan latihan adalah rangkaian untuk tujuan yang pasti.
Para pendidik jamani seharusnya memberikan pengetahuan yang penting secara bertahap dan menginformasikan kepada partisipan dan mendorong mereka untuk bertanya ”mengapa”. Mengapa adalah penting untuk berpartisipasi dalam aktifitas ini. Para pendidik jasmani seharusnya menyiapkan para partisipan lebih banyak kesempatan untuk berpikir. Itu akan memberikan kesempatan pada mereka untuk menentukan pilihan. 
4.      Emosi Sosial Mempengaruhi Tujuan Perkembangan
Aktifitas pendidikan jasmani bisa menawarkan kesempatan yang bernilai untuk membuat keputusan jika menejemen yang sesuai telah tersedia. Para pendidik jasmani seharusnya mencari sebanyak mungkin jalan yang baik untuk mempengaruhi kebiasaan manusia. Aturan-aturan permainan biasanya berdasar demokrasi pada hidup.
Aspek lain dari tujuan sosial pendidikan jasmani adalah menjadi dikenali merupakan kebutuhan dari masing-masing individu untuk mengembangkan konsep pribadi secara tepat. Masing-masing individu mempunyai dasar kebutuhan sosial. Hal ini termasuk rasa pribadi (keanggotaan), pengakuan, rasa hormat, dan cinta. Ketika kebutuhan ini bertemu individual menjadi orang yang tenang secara sosial. Ketika mereka tidak saling bertemu karakteristik antisosial dan kelakuan yang negatif mungkin akan berkembang. Contoh, penggertak yang agresif mungkin mencari rasa ingin dihormati.
Semua manusia seharusnya mempunyai pengalaman sukses. Faktor ini dapat direalisasikan melalui pendidikan jasmani. Melalui pertemuan yang sukses dalam aktifitas jasmani, orang-orang mengembangkan konsep pribadi yang positif dan kepuasan di dalam prestasi mereka.
Di dalam lingkungan sosial yang demokratis semua individu harus mengembangkan rasa kerjasama dengan penuh kesadaran. Ini menjadi salah satu tujuan yang paling penting dari program. Individu seharusnya merasa bahwa mereka memiliki group dan mempunyai rasa taggung jawab secara langsung dan menyumbangkan aksi mereka untuk kepentingan group. Aturan untuk sikap sportif, sikap pengikut, sikap kepemimpinan, seharusnya di kembangkan dan dipraktekkan
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor plus yaitu faktor affective. Perkembangan affective meliputi sikap, penghargaan, nilai-nilai dan kepercayaan. Oleh sebab itu pendidikan jasmani seharusnya diperhatikan hal-hal seperti : membantu individu untuk mengembangkan respon yang sehat untuk aktifitas jasmani dan untuk mengakui konstribusi bahwa pendidikan jasmani dapat membuat sehat, penampilan dan pencarian waktu luang yang berguna.
1.      Tujuan Dari Olahraga
Untuk meraih prestasi dari keahlian yang tinggi dan sukses yang bersaing, ini tidak cocok dengan tujuan pendidikan jasmani. Tujuan persaingan olahraga yang tinggi berbeda di dalam respon yang bervariasi untuk masing-masing level pendidikan.
2.      Olahraga Di Sekolah Dasar
Program olahraga di sekolah dasar seharusnya lebih ditekankan pada apa yang bagus untuk anak-anak dan menyediakan kesempatan yang bervariasi untuk pengalaman yang positif. Semua aktifitas olahraga seharusnya disesuaikan dengan tingkat perkembangan dari masing-masing anak dan tidak hanya berdasar pada berat badan, tingkatan kelas, atau secara berurutan menurut umur.
Program olahraga harus menyediakan berbagai macam perkembangan (jasmani, motorik dan psycho sosial). Aktifitas olahraga termasuk bermain dan karyawisata seharusnya menjadi bagian secara keseluruhan yang terorganisasi dengan baik.
3.      Olahraga Di Dalam Sekolah Menengah Atau Sekolah Menengah Pertama.
Program olahraga di sekolah menengah seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan anak laki-laki dan perempuan. Ini adalah periode peralihan dari sekolah dasar ke sekolah menengah atas dan dari masa kanak-kanak kemasa remaja. Ini adalah saat dimana siswa mencoba mengerti tentang tubuh mereka, menambah kebebasan, meraih status sosial, memperoleh rasa percaya diri dan membuat sistim nilai. Ini adalah saat ketika program olahraga dibutuhkan untuk menantang kemampuan dan perluasan ketertarikan dari para siswa. Beberapa tujuan yang berguna di tingkat ini adalah untuk membangun semangat, melatih kedisiplinan pribadi, dan kontrol terhadap diri sendiri.
4.      Olahraga Di Sekolah Menengah Atas
Olahraga di tingkat sekolah menengah atas biasanya sudah menggunakan peraturan permainan yang sesungguhnya. Dan biasanya tujuan olahrga di sekolah menengah atas biasanya diatur oleh masing-masing sekolah sebagai jati diri sekolah tersebut. Dan olahraga di tingkat sekolah menengah atas di gunakan sebagai alat pemersatu kekuatan untuk sekolah dan masyarakat tertentu dalam aktifitas profesi tertentu. Yang akan membantu siswa memiliki keseimbangan hidup.
5.      Olahraga Di Perguruan Tinggi, Universitas
Dan Program Teman Sejawat/ Asosiasi sudah berupa program olahraga yang bersaing antar perguruan tinggi/ universitas. Dan sudah mulai memikirkan kepuasan para penonton, atlit, masyarakat dan pelatih. Olahraga di perguruan tinggi menyediakan program olahraga untuk murid yang berbakat menjadi atlit.
6.      Keseluruhan Tujuan Dari Penddikan Jasmani dan Olahraga.
Menjelaskan keseluruhan tentang aktivitas jasmani dan rangkaian olahraga memiliki sifat-sifat tradisional yang telah diwujudkan dalam tujuan pendidikan dan seterusnya yang di bentuk di tahun 1918 oleh komisi reorganisasi dari Secondary Education. Yang tertuang dalam tujuh pokok pikiran yaitu :
1. Kesehatan
2. Perintah proses pokok
3. Keanggotaan yang bermanfaat
4. Kecakapan kejuruan
5. Kewarganegaraan
6. Penggunaan waktu luang yang bermanfaat
7. Karakter yang bersifat etic
Tujuan dari organisasi program pendidikan jasmani dan olahraga adalah untuk menciptakan lingkungan yang terstimulasi dari hasil seleksi pengalaman dan setiap gerakkan dalam respon yang terkonstribusi pada pengembangan yang optimal dari potensi masing-masing individu di dalam setiap fase kehidupan.
7.      Pengembangan Struktur Manajemen Yang Akan Memungkinkan Tujuan-Tujuan Dari Pendidikan Jasmani dan Olahraga Menjadi Sempurna.
Setelah tujuan-tujuan dari program pendidikan jasmani dan olahraga telah teridentifikasi, maka struktur mengambil kerangka dengan jalan membagai posisi jabatan, peranan dan tugas, pembagian tugas, fungsi dan hubungannya secara ilustrasi digambarkan. Struktur tersebut menyatakan secara tidak langsung garis komunikasi, koordinasi, kerjasama dan pembuatan keputusan.
Perencanaa, pengembangan, dan struktur organisasi untuk program pendidikan jasmani atau olahraga sangat penting dalam pertanggung jawaban manajemen. Struktur organisasi yang efisien menghasilkan kewibawaan delegasi yang pantas, tugas yang efektif dari tanggung jawab untuk anggota staff, komunikasi yang memadai di antara unit yang bervariasi di dalam organisasi, mengklarifikasi dari tugas yang diberikan, dan moral yang tinggi diantara masing-masing anggota staff. Semua ini adalah faktor yang menentukan akankah tujuan organisasi dapat dicapai.
8.      Dasar-dasar Manajemen Struktur Organisasi
Para ahli dari berbagai area telah mengembangkan dasar-dasar di dalam manajemen organisasi yang efektif. Beberapa asas paling penting meliputi struktur manajemen dari suatu organisasi seharusnya menjelaskan kebijakkan dan tanggung jawab masing-masing delegasi. Agar tujuan-tujuan dari organisasi dapat bertemu secara efisien dan sukses, dan jelas pembagiannya untuk menghindari kebijakan yang bersamaan (kebijakkan yang sama).
Manajemen yang sukses tergantung pada komunikasi. Komunikasi sangat penting untuk manajemen yang efektif karena ini membantu menghindari duplikasi dan hal yang tidak perlu antara pengurus dan stafnya.
Untuk mencapai tujuan organisasi harus menampilkan banyak perbedaan tugas yang mengenalkan kemampuan dari berbagai macam spesialis area. Kebijakkan harus sepadan dengan tanggung jawab, dan garis kebijakkan harus jelas tergambar. Suatu grafik bagan organisasi adalah digunakan untuk mengilustrasikan garis kebijakkan. Garis ini harus menjadi jelas dan tidak menimbulkan kerancuan.
9.      Menerjemahkan Struktur Manajemen Ke Dalam Bentuk Grafik (Bagan Organisasi).
Salah satu tipe dari struktur manajemen adalah menyiapkan langkah selanjutnya dalam bentuk grafik, ini akan mudahdimengerti oleh anggota organisasi dan oleh individu lain yang tertarik. Peterson dan Asosiasinya menggaris bawahi 6 langkah prosedur untuk mengembangkan grafik organisasi. Yaitu :
a. Mengidentifikasi tujuan dari organisasi
b. Menyusun tujuan-tujuan kedalam unit fungsional yang lebih berarti
c. Menyusun identifikasi unit yang fungsional ke dalam unit managemen yang penting
d. Menyiapkan bentuk struktur organisasi dan menampilkan percobaan
e. Mengevaluasi tujuan akhir

1.      Garis dan Staf Organisasi
Tipe yang paling biasa dalam bagan organisasi adalah garis dan grafis staf (gm 2.1). Seorang yang ada di posisi garis mempunyai tanggung jawab langsung dan kebijakkan untuk tujuan yang lebih spesifik.
2.      Formal dan Informal Struktur Organisasi Teori struktur organisasi menyatakan:
1. Harus ada kebutuhan organisasi untuk tetap eksis
2. Organisasi harus mengetahui tujuannya dan mencoba untuk meraihnya Untuk melengkapi tujuan ini, struktur yang harus menyediakan dan manajemen yang memungkinkan untuk merencanakan dan membuat keputusan. Yang dapat ditampilakan baik formal maupun informal.
3.      Organisasi Formal 
Organisasi formal berdasar pada struktur kerja yang hirarki, dengan tugas yang diberikan oleh manajer untuk sub ordinat, cocok dengan tugas hirarki dan jaringan kerjasama dan komunikasi (gm. 2.2) Organisasi formal dikerjakan karena menyediakan gambara yang jelas tentang posisi-posisi yang ada dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
4.      Informal Organisasi
Organisasi informal menyadari banyak hubungan yang ada tidak dapat diilustrasikan ke dala grafik organisasi. Dengan kata lain dalam hubungan informal dimana banyak ide muncul , produktifitas diraih, kerjasama, royalti dan moral yang tinggi berkembang tidak dapat di munculkan dalam grafik organisasi (gm. 2-3).
Teori modern dari struktur organisasi mengidentifikasikan bagian yang jauh dari struktur organisasi formal. Salah satu aspek dalam organisasi informal adalah adalah formasi sub group.
5.      Struktur Manajemen untuk Program Pendidikan Jasmani dan Olahraga
Struktur manajemen dikerjakan untuk program pendidikan jasmani dan olahraga disekolah-sekolah menyesuaiakan dan dimodifikasi untuk dapat disesuaikan dengan masing-masing individu pendidikan jasmani
6.      Struktur Organisasi di Pendidikan Jasmani dan Olahraga di Sekolah Dasar, Menengah dan Sekolah Tingkat Dua.
Tiap sekolah mempunyai manajemen dasar yang kebijakkan disesuiakan dengan masing-masing daerah dimana sekolah tersebut berada. Dan dipilih personel tertentu untuk menjalankan kewajiban yang penting untuk kesuksesan operasional sekolah di daerah tersebut. Aturan yang dikembangkan legal , keuangan dalam hubungan kerja yang resmi juga akan mendukung biaya pendidikan. Kunci manajemen personalia akan mengeluarkan misi dari sekolah dengan memuat sistim pengawas sekolah, eksekutif direktur, asas/ dasar, dan para pemimpin (gm. 2.4)
7.      Pengawas Sekolah
Mempunyai manajemen yang bertanggung jawab pada program sekolah. Posisi pengawas sekolah biasanya juga ada di dalam sekolah yang lebih kecil. Mereka juga bertanggung jawab untuk beberapa sekolah di dalam area geografi yang sama.
Tugas pengawas sekolah memperkenalkan aturan-aturan dalam sekolah dan bertindak sebagai pemimpin dalam masalah pendidikan dalam masyarakat dan juga menyediakan papan pendidikan dengan saran profesional yang diperlukan dalam menjalankan organisasi.
C.     Masalah manajemen dalam penjas
Status penjas di lembaga pendidikan formal memang masih memerlukan pemberdayaan dalam pengertian, bidang study yang menjadi wahana pendidikan itu, harus di kembangkan. Sementara ini semua insan pendidikan menyadari setatus penjas yang masih di angap sebagai pelengkap bagi bidang study lain nya. Suara keluhan guru penjas tidak henti-hentinya mereka kemukakan dalam berbagai kesempatan, namun pemecahan masalah nya tak kunjung tuntas. Mengapa?
Persoalan tersebut terkait langsung dengan tataran atas pada tingkat kebijakan, dengan catatan, bahwa bidang study itu belum termasuk prioritas. Hal ini tidak lepas dari kebijakan nasional pendidikan yang sementara ini masih memberikan prioritas pada bidang study IPA, di hubungkan dengan upaya bangsa indonesia untuk memajukan bidang IPTEK. Nasip kelompok bidang study bidang IPS, sebenarnya tidak begitu jauh dari bidang study penjas, walaupun kita sebagai insan penjas dan olahraga, mengkelaim bahwa bidang study penjas adalah yang paling unik. Sebab bidang study itu, satu-satunya bidang study yang mengurus soal jasmaniah namun secara langsung mengintervensi pendidikan secara menyeluruh.
Dengan tidak memandang remeh apa yang telah di kerjakan oleh para guru yang dengan sepenuh hati dan kegigihan mengatasi berbagai masalah dan tantangan, tanpa nya dimensi kemampuan manajerial dalam penjas harus di tingkatkan hal ini perlu di tata lebih lanjut, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan. Kelemahan yang tanpak adalah bahwa seluruh kegiatan itu seolah-olah imun dari sentuhan kreatifitas guru di sebabkan oleh pertama, struktur dan isi kurikulum yang sangat monolitik, merukuj pada kurikulum nasional.
Dalam keadaan status dan kondisi penjas yang masih lemah maka pembinaan nya memadukan dukungan. Kepemimpinan guru penjas sangat di butuhkan untuk mampu membangkitkan dukungan dari warga masyarakat sekolah termasuk kepala sekolah dan guru lain nya, serta warga masyarakat pada umumnya seperti organisasi induk olahraga dan orang tua sisiwa. Kepemimpinan iyu juga yang ikut menciptakan atmosfer baru yang memngangkat citra penjas sebagai bidang study yang dapat di andalkan untuk mendidik.
D.    Manajemen Pengajaran yang Menyenangkan
a.         Manajemen Pembelajaran Penjas
Manajemen pembelajaran dalam pengertian luas adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian denganmaksud mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit adalah kegiatan mengelola interaksi guru dengan siswa yang terjadi pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.        Menetapkan aturan kelas (class routine)
Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan tidak baik, jadi sebagai guru saya perlu mengarahkan dan membimbing murid saya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu diantaranya menetapkan aturan kelas saat pertemuan awal kali masuk pada proses pembelajaran yang dilakukan. Yaitu seperti waktu awal pertama masuk saya melakukan perjanjian kepada murid-murid saya yang sekiranya semua setuju dan senang sesuai dengan kesepakatan bersama dan perjanjian tersebut tidak boleh di langgar. Perjanjian tersebut seperti jam di mulainya pelajaran, harus tepat waktu, jika telat akan di hukum. Dan aturan-aturan ini diberikan pada awal pertemuan.
2.        [Memulai kegiatan tepat waktu (getting started)
Kegiatan harus mulai tepat waktu sesuai perjanjian awal yang dah disepakati bersama sebelumya murid-murid harus ada di tempat. Setelah berkumpul semua murid harus cepat di bariskan dan melakukan do’a. setelah itu saya segera memberikan stretching dan melakukan kegiatan secara tepat waktu agar pembelajaran berlangsung secara efektif.
3.        Mengatur pelajaran (managing the lesson)
Setelah stretching selesai saya segera memberikan sedikit penjelasan tentang yang akan di praktekkan. Sedikit saja dalam memberikan penjelasan karena olahraga butuh praktek dan bergerak. Misal memberikan teori dribble bola basket. Diberikan pengarahan terlebih dahulu, kemudian murid disuruh mempraktekkan langsung sambil saya dampingi, yang melakukan dribble terlebih dahulu separo kelas dulu dan bergantian. Dan masing-masing anak harus melakukan dribble mengelilingi lapangan bola basket sebanyak 3x.
4.        Mengelompokkan siswa (grouping the student)
Sebagai guru saya harus mengelompokkan siswa-siswa sama rata. Setelah itu dari salah satu kelompok harus ada yang menjadi ketuanya, sehingga ketua harus bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Setelah dibagi kelompok alat dibagikan kepada masing-masing kelompok, sebelumnya harus melihat alat-alat apa saja yang tersedia dan memilih jenis materi atau permainan juga terlebih dahulu melihat alat yang tersedia. Dalam satu kelas ada 40 siswa bola ada 20 buah, satu kelas dibagi 10 kelompok, setiap kelompok ada 4 siswa dan masing-masing kelompok terdapat satu ketua kelompok. 
5.        Memanfaatkan ruang atau lapangan dan peralatan (utilizing space and equiqment)
Dalam pembelajaran bola basket saya membagi kelompok menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok harus berlomba mendribble bola dari daerah satu ke daerah lain jika yang datang lebih akhir kelompok tersebut akan mendapatkan hukuman push up 5x. 
6.        Mengakhiri pelajaran (ending lesson)
Setelah jam pelajaran akan berakhir kurang 15 menit saya memberikan evaluasi tentang apa yang tadi saya berikan. Tidak perlu lama-lama cukup 5 menit saja, 10 menit sisanya memberikan waktu buat siswa saya untuk ganti baju istirahat.
b.         Pengelolaan Pembelajaran
Untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan pembelajaran meliputi dua tindakan yaitu:
1.        Model tindakan.
1)      Preventif; yaitu upaya sedini mungkin yang dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaraan.
a)      Tanggap /peka, yaitu kemampuan guru merespon terhadap prilaku atau aktifitas yang dianggap akan mengganggu pembelajaraan.
b)     Perhatiaan, selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala sesuatu yang muncul.
2)      Refresif,kemampuan guru untuk mengatasi, mencari dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkungan pembelajaraan.
3)      Modifikasi tingkah laku.
a.      Modifikasi tingkah laku,yaitu bahwa tingkah laku dapat diamati
b.      Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan berbagai komponen atau unsure yang terkait.
c.       Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsure-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsure-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaraan.
2.        Peran Guru
1)      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
2)      Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
3)      Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta tingkahlaku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
3.        Hal-hal yang harus dihindari
1)      Campur tangan yang berlebihan
2)      Kesenyapan
3)      Ketidak tepatan
4)      Penyimpangan
5)      Bertele-tele.
c.          Teknik Pembelajaran Yang Menyenangkan,
Keberhasilan suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar mengajar itu berlangsung. Selain itu proses interaksi belajar pada prinsipnya tergantung pada guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan untuk aktif dalam proses balajar mengajar. Sehingga keberhasialan belajar dalam bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai.
Sebagaimana pendapat Meier yang mengatakan bahwa “penciptaan kegembiraan jauh lebih penting daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan” kita temukan beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan. Komponen-komponen tersebut adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya keterlibatan penuh, (3) terciptanya makna, (4) adanya pemahaman atau penguasaan materi. (5) adanya nilai yang membahagiakan.
Untuk lebih memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan berikut komponen-komponen pembangun suasana menyenangkan tersebut. 
1.      Bangkitnya minat.
Seperti kita ketahui, minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehendak atau keinginan hati. Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan yang kuat. Sekarang cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan ‘kegembiraan’. Jika sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk mempelajari sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat erat dan saling mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka pembelajaran akan menjadi menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin menyenangkan. Suasana menyenangkan yang terpelihara sepanjang proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar selama pembelajaran berlangsung.
2.      Adanya keterlibatan penuh.
Komponen ini dependen terhadap komponen pertama. Maksud saya, seorang siswa tidak mungkin akan terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika didalam diri siswa tidak ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam pembelajaran, guru sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci dan jelas pada awal pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan dipelajari adalah sesuatu yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan cara yang menyenangkan. Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang akan dilakukan dalam mempelajari materi sangat perlu disampaikan pada para siswa agar secara psikologis siswa mempersiapkan mentalnya.
3.      Terciptanya makna.
Pengertian makna disini bukan dalam konteks umum yang sering dipadankan dengan kata ‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat dengan masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan pengertian ‘kesan’. Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah pembelajaran yang dapat menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang mendalam tidak mungkin akan bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran harus mengesankan. Selanjutnya, agar pembelajaran dapat mengesankan maka pembelajaran itu harus dalam suasana yang menyenangkan. Karena ‘makna’ sering kali muncul dalam konteks yang sangat personal, maka guru harus benar-benar mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswa-siswanya.
4.      Pemahaman atau penguasaan materi.
Ketika minat atau gairah belajar siswa tumbuh, kemudian ia terlibat secara penuh dalam mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya ia terkesan dengan apa yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan tertanam kuat. Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang kemudian melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab keragu-raguan kita atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan keempat komponen tersebut menjadi sangat logis dan meyakinkan.
5.      Nilai yang membahagiakan.
Membahagiakan artinya membuat hati merasa tenteram. Hati yang tenteram adalah yang bebas dari rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan terancam. Berkaitan dengan belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan dan ancaman. Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan. Ketiga perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi kendala bagi munculnya minat belajar. Rasa bahagia pada diri siswa antara lain dapat muncul karena ia memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya menjadi merasa berharga, mampu tumbuh dan berkembang dan berbeda dari sebelumnya. Ketika seorang siswa mampu memecahkan persoalan dalam proses belajarnya dalam dirinya akan tumbuh rasa bangga dan percaya diri. Perasaan bangga dan percaya diri ini akan menyadarkan siswa tersebut bahwa dirinya memiliki potensi sebagaimana orang lain. Dengan demikian, dalam rangka membantu siswa memperoleh nilai yang membahagiakan dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha terus-menerus membantu menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada setiap siswanya.
E.     Masalah Manajemen dalam Olahraga
Masalah dalam pembinaan olahraga jauh lebih kompleks kecendrungan di indonesia hingga akhir-akhir ini tetap menunjkkan orientasi pada pembinaan olahraga kompetitif untuk berkompetitif untuk berprestasi, namun sayang, tidak di dukung oleh pondasi yang kuat. Penjas merupakan subsistem pembinaan keolahragaan nasional dan kekuatan keolahragaan nasional akan terjamin jika dapat di ciptakan pembinaan bersinambung, yang berawal dari pembinaan sikap, kecintaan, dan partisipasi aktif secara meluas. Keadaan demikian dapat di capai dalam penjas. Namun, isu sentral adalah antara penjas dan pembinaan olahraga kompetitif tidak terjalin kerjasama yang erat.
BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pembahasan ini mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya organisasi pendidikan jasmani dan olahraga hadir dilingkungan, berbentuk ikatan organisasi profesi. Ikatan yang terbentuk misalnya, Ikatan Guru Pendidikan Jasmani Indonesia atau sejenisnya. Pembentukan Organisasi ini merupakan langkah awal terbentuknya dan sekaligus pentingnya manajemen pendidikan jasmani dan olahraga hadir di tengah-tengah peran dan fungsi pendidikan jasmani bagi kehidupan manusia. Isi uraian memuat tujuan pendidikan jasmani dan olahraga, pengembangan struktur organisasi pendidikan jasmani dan olahraga, dan prinsip manajemen struktur dan organisasi
B.     Saran
Diharapkan dengan bantuan disiplin ilmu manajemen tekanan-tekanan itu berbalik arah, malah berdampak pada muncul mutualisma dari interaksi yang terjalin. Dengan kita mengerti tentang manajemen diharapkan pula menumbuhkan citra pendidikan jasmani dan olahraga semakin positif pula.